Bersyukurlah... Mereka masih banyak di bawah Qta...
Siang itu, matahari bersinar dengan teriknya. Kuusap kucuran peluh yang melalui sudut keningku. Panas sekali siang ini. Hingga tisu-tisu yang kubawa habis menyeka keringat. Hufh, udara Bandung panas sekali! Aku pun terus menggerutu.
Perut sudah keroncongan. Lalu, kuambil roti coklat yang sengaja kubeli dari sebuah minimarket. Semoga bisa mengganjal sang perut yang sedang kelaparan. Kulahap potongan pertama. Argh, tidak enak! Aku buang roti itu ke pinggir jalan. Tak lama kemudian, aku menggerutu lagi. Betapa menyebalkan hari ini. Sudah panas, lapar pula! Ah, menyebalkan!
Aku pun terus berjalan sambil mengeluh akan apa yang ku alami. Hingga aku melihat seorang nenek tua yang sedah membuka sebuah bungkusan yang dipungutnya dari tong sampah. Hah, ia memakan sampah?! Aku heran dan aku pun mengamati nenek tua itu dalam-dalam. Dan lebih mengherankan lagi, di belakangnya ada kucing-kucing mungil yang duduk manis mengitarinya. Apakah kucing-kucing itu miliknya? Aku tak tahu jelas. Kupandang lagi sorot mata senjanya penuh iba. Ah, aku jadi malu pada nenek itu. Ia makan dari tempat yang tak layak, makanan dari tong sampah. Tapi, ia begitu menikmatinya. Sedangkan aku... Tak sedikit pun menikmati makanan yang kumiliki, padahal roti coklat itu kubeli dengan harga yang cukup mahal. Seketika itu, hatiku terhanyut dalam renungan...
Betapa jarang aku bersyukur... Hal sekecil itu pun, aku lalai dari syukur-Nya...
Aku malu... Malu pada nenek tua yang masih memiliki rasa syukur...
Sungguh, aku malu...
Malu pada Rabbku yang selalu memberiku nikmat, tapi aku sering lalai tuk mensyukuri-Nya
Ampuni aku Ya Allah...
Rasa syukur ini harus tetap tumbuh dalam hati. Dalam hati seorang hamba yang dhaif dan khilaf.
Renungan dari Ketika Menyusuri Taman Ganesa


budak Himi lain?
BalasHapusYupz... sumuhun lerez!
BalasHapus